Pages

Minggu, 02 November 2014

Penambangan Migas Wajib Perhatikan Pemeliharaan Lingkungan

Industri pertambangan minyak dan gas bumi (migas) merupakan sektor industri yang memberikan peranan cukup besar bagi perekonomian negara mulai dari peningkatan ekspor, peningkatan aktivitas ekonomi, sampai pada meningkatkan pendapatan negara maupun pendapatan daerah. Hal tersebut terbukti dari adanya fakta bahwa sektor energi dan sumber daya mineral menyumbang sekitar 20-30% dari total pemasukan negara. Selain memberikan peranan besar bagi perekonomian negara, industri pertambangan migas juga memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia. Sebagian besar kebutuhan energi untuk transportasi, listrik, industri, bahkan kegiatan rumah tangga di Indonesia berasal dari sumber daya migas. Oleh karena itu, sektor industri pertambangan migas memiliki peranan yang sangat penting bagi Indonesia.
Selain memiliki peranan yang sangat penting, ternyata industri pertambangan migas bukanlah sektor industri yang sederhana. Sektor industri ini merupakan industri yang sarat dengan modal, teknologi, keahlian dan juga resiko yang tinggi. Salah satu resiko dari kegiatan pertambangan ini berupa dampak yang ditimbulkannya bagi lingkungan. Seluruh proses pelaksanaan kegiatan operasional eksplorasi dan eksploitasi migas secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan dampak yang besar maupun kecil bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, dalam melakukan operasi pertambangan migas, perusahaan-perusahaan migas harus memperhatikan  dampak-dampak yang ditimbulkannya terutama bagi alam dan lingkungan sekitar. Perusahaan migas wajib menjaga dan memelihara lingkungan sekitar lokasi pengeboran. Jangan sampai setelah kekayaan alamnya dikeruk sampai habis, namun justru merusak alam dan lingkungan sekitarnya.
Salah satu dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan migas bagi alam dan lingkungan sekitar ialah perubahan kondisi suhu dan cuaca. Dalam hal ini, terjadi peningkatan suhu yang cukup derastis dan cuaca menjadi lebih panas dari pada sebelumnya. Hal inilah yang dirasakan oleh para warga di sekitar area pengeboran migas di Blok Cepu, Bojonegoro setiap harinya. Sejak adanya pengeboran migas di daerah  sekitar tempat tinggalnya, mereka sering kali mengeluhkan panasnya udara serta serta minimya sumber air sejak proyek Migas Banyu Urip dimulai. Penyebabnya adalah pohon-pohon yang semula masih banyak dijumpai di desanya kini sudah dibabat habis untuk kepentingan industri migas. Oleh karena itu, para warga meminta agar lingkungan mereka segera di reboisasi.
Dalam kasus seperti yang dikemukakan di atas, perusahaan pertambangan migas wajib memperhatika dampak yang telah ditimbulkannya terhadap lingkungan. Perusahaan migas wajib melakukan reboisasi untuk menanam kembali pohon-pohon yang memang sangat dibutuhkan untuk kelestarian alam serta kenyamanan masyarakat sekitar, tentunya juga demi kenyamanan para pekerja di industri pengeboran tersebut. Upaya reboisasi ini tentunya juga harus didukung oleh masyarakat dan pemerintah sekitar likasi tersebut.
Selain berdampak pada perubahan kondisi suhu dan cuaca, masih banyak lagi dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dari aktivias pertambangan migas  di Indonesia, antara lain ialah tercemarnya air laut. Seperti yang kita ketahui,  sebagian besar pengeboran migas di Indonesia berada di lepas pantai (off shore). Dalam kegiatan pengeboran migas lepas pantai ini, kemungkinan-kemungkinan buruk dapat terjadi, seperti kebocoran pipa minyak dan gas ataupun kecelakaan kapal pengangkut minyak, dan masih banyak lagi. Bahkan yang lebih parahnya lagi, terkadang beberapa perusahaan migas yang melakukan pengeboran lepas pantai membuang limbahnya ke laut. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan adanya pencemaran air laut yang dapat berdampak pada kerusakan ekosistem dan biota laut. Tidak hanya itu, air laut yang tercemar kemudian menguap dan menjadi hujan, akan turun ke bumi sebagai hujan asam yang dapat menghilangkan kesuburan tanah. Salah satu contoh kasus pencemaran air laut akibat pengeboran minyak yang terjadi di Indonesia ialah kasus yang terjadi di Kepulauan Seribu yang mencemari perairan di puluhan pulau yang sebagian besarnya masuk kawasan Taman Nasional Laut.
Selain kedua dampak negatif di atas, dampak negatif pencemaran lingkungan lainnya yang terjadi di Indonesia sampai sekarang ialah kasus semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur. Kasus semburan lumpur panas tersebut terjadi sejak 26 Mei 2006 ini diduga terjadi karena kesalahan proses pertambangan minyak yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas. Dugaan ini timbul karena pusat lokasi semburan semburan lumput tak jauh dari Sumur Banjar Panji-1 milik PT. Lapindo. Kasus ini masih belum bisa ditanggulangi sampai saat ini dan tentunya menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat.

Berdasarkan contoh-contoh dampak negatif dan kasus- kasus yang terjadi karena pertambangan migas yang telah dijabarkan di atas, maka perusahaan pertambangan migas memang wajib memperhatikan dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan karena proses pertambangan tersebut. Hal itu wajib dilakukan demi kelestarian alam dan lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan kita bersama. Hal tersebut dilakukan demi kenyamanan dan kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita nantinya. Jangan sampai setelah kekayaan alamnya dikeruk sampai habis, namun justru merusak alam dan lingkungan sekitarnya yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk-makhluk hidup lainnya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terima kasih vita,,,

Posting Komentar