Pages

Minggu, 05 April 2015

MANFAAT ORGANISASI BAGI MAHASISWA

Organisasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu atau berbagai kelompok yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bagi seorang mahasiswa, organisasi merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk dialkukan selain aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan berorganisasi dapat memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa.
            Salah satu manfaat berorganisasi adalah melatih diri agar mampu berkomunikasi dengan orang lain. Dalam sebuah organisasi, kita dapat belajar menyampaikan pendapat di depan banyak orang. Tidak hanya itu, dalam organisasi terkadang kita juga harus berbesar hati menerima pendapat orang lain yang dinilai lebih baik untuk kemajuan bersama. Dari hal tersebut, tanpa disadari kita telah belajar berkomunikasi dengan orang lain. Dengan begitu, kita akan lebih pandai dan tanggap berbicara, bahkan tidak malu untuk tampil di depan umum, serta lebih terbuka dalam menerima saran dari orang lain. Kemampuan seperti itulah yang nantinya juga sangat diperlukan dalam dunia kerja.
            Selain dapat melatih kemampuan berkomunikasi, kita juga dapat melatih jiwa kepemimpinan (leadership) melalui organisasi. Sebuah organisasi sering kali mengadakan acara-acara tertentu yang tercantum dalam program kerja (proker) setiap divisinya. Dalam mengadakan suatu acara, tentu saja akan melibatkan banyak orang, baik sesama anggota organisasi maupun orang lain di luar organisasi kita. Dalam hal seperti itu, kita dapat berlatih untuk menjadi lebih aktif dalam menyampaikan pendapat, ataupun memotivasi dan mengarahkan teman atau orang lain ketika organisasi sedang mengadakan suatu acara. Hal inilah yang dapat melatih leadership yang juga sangat penting untuk memasuki dunia kerja nantinya.
            Selain dua manfaat berorganisasi yang telah diuraikan di atas, masih ada banyak lagi manfaat lainnya dari berorganisasi yang sangat penting bagi mahasiswa yang nantinya akan terjun dalam dunia kerja. Beberpa manfaat lainnya antara lain ialah belajar bekerja sama dalam tim, memperluas jaringan atau menambah banyak teman, belajar membagi waktu dengan cermat, serta untuk  mengasah kemampuan sosial.


GEOTHERMAL DI INDONESIA

Geothermal merupakan sejenis tenaga panas alam yang berasal dari dalam bumi. Tenaga panas tersebut mencapai suhu 1800C – 2500C. Geothermal terdapat di daerah yang terletak di kawasan jalur vulkanis, yang menunjukkan adanya gejala-gejala tektonik. Dengan adanya gejala tektonik, dimana dapat terbentuk rekahan-rekahan di kulit bumi, yang memberikan jalan kepada uap dan air panas bergerak ke permukaan bumi.
Saat ini, geothermal ini biasa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Manifestasi panas bumi di Indonesia berjumlah tidak kurang dari 244 lokasi yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Halmahera, dan Irian Jaya. Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya kekayaan geothermal yang tersimpan di dalamnya.
Gejala geothermal (panas bumi) pada umumnya tampak di permukaan bumi berupa mata air panas, fumarola, geyser, dan sulfatora. Dengan jalan pengeboran, uap alam yang bersuhu dan tekanan tinggi dapat diambil dari dalam bumi dan dialirkan ke generator turbo yang selanjutnya menghasilkan tenaga listrik.

Penggunaan geothermal sebagai pembangkit tenaga listrik dapat memberikan banyak keuntungan. Keuntungan tersebut dapat dilihat dari sektor lingkungan maupun sektor ekonomi bila dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya seperti batu bara, minyak bumi, dan sebagainya. Dari sektor lingkungan, geothermal sangat ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena geothermal tidak menghasilkan gas rumah kaca seperti CO2 yang biasa ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar fosil. Sedangkan dari segi ekonomi, pemanfaatan geothermal ini bernilai sangat ekonimis. Selain itu, energi geothermal juga bersifat renewable (dapat diperbaharui) sehingga keberadaannya tidak akan habis di muka bumi ini. Oleh karena itu, sebaiknya pemanfaatan energi geothermal di Indonesia perlu dilakukan secara besar-besaran.

APAKAH MINYAK BUMI KITA HABIS ? ATAUKAH KITA TIDAK MENGERTI APA YANG ADA DI DALAM BUMI KITA INI ?

Seperti yang kita ketahui, minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap minyak bumi terus meningkat setiap harinya, sementara minyak bumi semakin menipis keberadaannya dari waktu ke waktu. Jika ada yang bertanya pada kita “Apakah Indonesia kaya minyak ?”. Mungkin sebagian besar dari kita akan menjawab “Tidak”. Karena pemerintah seringkali menyatakan bahwa cadangan minyak Indonesia saat ini sudah mulai menipis. Lalu benarkah bahwa Indonesia tidak kaya minyak ?. Oleh karena itu, pada artikel ini saya akan mengutip pernyataan dari presentasi Bapak Dr. Ir. Andang Bachtiar Msc. pada seminar nasional yang bertema “Optimizing G&G Roles In Oil And Gas Industry” pada tanggal 13 Maret 2015 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Berdasarkan grafik yang menunjukkan besarnya tingkat produksi dan konsumsi minyak negara-negara di dunia, ternyata produksi minyak Indonesia masih lebih besar dibandingkan negara tetangga kita yaitu malaysia, bahkan juga Italia. Namun mengapa saat ini Indonesia harus melakukan impor BBm yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan BBm setiap harinya ? Apakah karena tingkat konsumsi minyak kita jauh lebih besar dari pada tingkat produksinya? Untuk menjawabnya mari kita berkaca pada Amerika yang merupakan negara dengan tingkat konsumsi minyak terbesar di dunia yaitu sekitar 18 juta barel per harinya, sementara tingkat produksi (sumber daya ) minyaknya hanya sekitar 9 juta barel per hari. Namun ternyata hal tersebut tidak menimbulkan masalah bagi negara tersebut. Karena sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah sumber dayanya melainkan cara mensiasati pemanfaatan sumber daya tersebut. artinya, sumber daya alam yang tida mencukupi tidak akan menjadi masalah jika kita mampu mensiasati pemanfaatan sumber daya tersebut dengan baik, termasuk di negara kita ini.
            Sementara itu, bila ditinjau dari tingkat produksi dan konsumsi gas di Indonesia. Tingkat produksi gas di negara kita sekitar 6,9 milyar cubic feet per hari, sedangkan jumlah konsumsinya hanya sekitar 3,5 milyar cubic feet per hari. jelas terlihat bahwa produksi gas Indonesia jauh lebih besar dari pada tingkat konsumsi masyarakatnya. Namun pada kenyataannya rakyat Indonesia sering kali masih mengalami kelangkaan gas LPG dan terkadang pemerintah harus menaikkan harga gas LPG tersebut. Tidak hanya itu, anehnya bahkan pemerintah harus mensubsidi gas LPG sampai hampir 50 trilyun per tahun. Pemerintah seringkali menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena mayoritas produksi gas Indonesia berupa dry gas bukan wet gas. Padahal sebenarnya sebagian produksi gas Indonesia berupa wet gas, namun pemerintah kita lebih memilih untuk mengekspor wet gas tersebut dari pada memanfaatkannya sendiri. Berdasarkan hal tersebut memang terbukti bahwa masalah energi di Indonesia pada dasarnya bukan karena sumber dayanya melainkan cara mensiasati pemanfaatan sumber daya tersebut.
            Selama ini, penelitian minyak di Indonesia hanyalah fokus pada perhitungan dan pengelolaan cadangan (reserves), bukan pada sumber daya (resources)-nya. Reserves adalah cadangan minyak yang telah ditemukan, sedangkan resources adalah sumber daya yang diperkirakan ada namun belum ditemukan. Reserves inilah yang seringkali dikatakan sudah hampir habis. Padahal resources kita masih cukup banyak. nah, sebenarnya tugas kita adalah bagaimana caranya menemukan resources dan mengubahnya menjadi reserves melalui proses eksplorasi untuk menemukan cadangan baru. Karena di Indonesia sebenarnya terdapat cukup banyak cekungan-cekungan migas, namun belum dijadikan daerah kerja migas.
Selama ini pemerintah hanya fokus pada daerah-daerah yang sudah ditemukan cadangannya dan tidak ada depertemen khusus yang bertugas mengurus masalah eksplorasi untuk mencari cadangan minyak baru. Padahal masih banyak cekungan-cekungan yang belum dikelola. Bahkan menurut badan geologi cekungan kita bisa sampai 128 cekungan, namun sampai sekarang yang dikelola hanya sekitar 66 cekungan. Bahkan di cekungan yang dianggap sudah dieksploitasi habis-habisan ternyata masih ada daerah-daerah terbuka yang masih tidak tersentuh. Misalnya saja ada beberpa daerah cekungan minyak di Indonesia yang tertutup oleh gunung api sehingga belum bisa dijangkau padahal di situ terdapat rembesan-rembesan minyak.

            Jadi jika ditanya “apakah kita kaya minyak?” jawabanynya “Tentu, kita kaya minyak. Namun masih banyak yang belum ditemukan. Sehingga menjadi tugas kita untuk menemukannya melalui keberanian dalam melakukan eksplorasi. Jadi bukannya migas kita yang habis, melainkan pikira kitalah (konsep, keberanian eksplorasi, dan kemampuan sumber daya manusia) yang menipis. Masih ada 41 cekungan lagi (60% dari jumlah cadangan Indonesia) yang perlu dieksplorasi untuk menambah cadangan produksi di Indonesia. masih banyak lapangan (raksasa) yang belum ditemukan, bahkan di daerah-daerah yang dianggap sudah matang atau tua. Dan potensi seperti itu belum pernah diperhitungkan secara serius dalam perencanaan pengelolaan sumber daya secara keseluruhan.

Minggu, 07 Desember 2014

Asal Mula Terbentuknya Minyak Bumi


Minyak bumi adalah cairan kental, coklat gelap, ataukehijauanyang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Seperti yang kita ketahui, minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama bagi aktivitas-aktivitas manusia pada masa kini. Ada cukup banyak aktivitas kita sehari-hari yang memanfaatkan minyak bumi sebagai sumber energi. Dalam pemanfaatannya, minyak bumi terlebih dahulu diolah menjadi berbagai macam produk seperti gas LPG, bensin, solar, avtur, minyak tanah, lilin, dan lain – lain. Beberapa contoh pemanfaatan hasil olahan minyak bumi dalam kehidupan kita sehari – hari antara lain ialah untuk bahan bakar kendaraan bermotor, bahan bakar kegiatan produksi di pabrik, sampai dengan pembangkit listrik dan kegiatan memasak di rumah, dan masih banyak lagi. Sebelum diolah dan dimanfaatkan dalam kehidupan kita sehari – hari, minyak bumi atau minyak mentah harus di ambil dari bawah permukaan bumi melalui proses pengeboran yang cukup rumit dengan kedalaman tertentu. Lalu, taukah Anda dari mana minyak bumi berasal ? dan bagaimana proses terbentukya minyak bumi di bawah permukaan ?
            Ada dua teori yang selama ini menjelaskan tentang bagaimana proses terbentuknya minyak bumi di bawah permukaan. Adapun kedua teori ialah sebagai berikut :
1.      Teori organik
Teori ini menjelaskan bahwa minyak bumi berasal dari senyawa – senyawa organik atau sisa – sisa makhluk hidup yang tertimbun di bawah permukaan bumi selama jutaan tahun lamanya.
2.      Teori anorganik
Teori anorganik mengemukakan bahwa minyak bumi berasal dari senyawa – senyawa kimia di bawah permukaan bumi (bukan berasal dari makhluk hidup).
Dari kedua teori tersebut, teori yang lebih sering digunakan ialah teori organik. Seperti yang telah dijelaskan di atas, menurut teori organik, minyak dan juga gas bumi terbentuk dari jasad binatang - binatang dan tumbuhan purba (fosil) yang tertimbun dalam “batuan induk (source rock) selama ratusan juta tahun yang lalu. Source rock (batuan induk) adalah tempat dimana awal mula minyak dan gas bumi terbentuk. Source rock ini berasal dari sedimentasi berbagai lingkungan pengendapan seperti sungai, delta, atau laut yang kaya akan organik (kerogen) di masa lampau hingga tertimbun semakin dalam dari waktu ke waktu sampai berada di kedalaman yang cukup jauh dari permukaan bumi. Source rock dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan tipe kerogennya, yaitu:
1.         Tipe 1 (sumber : dasar danau/deep lake yang banyak  terdapat alga, hasil : crude oil)
2.         Tipe 2 (sumber : laut/marine yang banyak terdapat plankton & bakteri, hasil : oil & gas)
3.         Tipe 3 (sumber : daratan/terrestrial yang banyak terdapat pohon-pohon besar, hasil : gas & light oil)
Fosil yang terdapat dalam source rock tersebut kemudian mengalami proses pematangan yang disebut “maturasi”. Maturasi adalah proses perubahan secara biologi, fisika, dan kimia dari kerogen menjadi minyak dan gas bumi. Proses tersebut dibantu oleh temperatur dan tekanan yang tinggi sehingga ikatan kompleks senyawa kimia dari kerogen terpecah menjadi ikatan yang lebih kecil dan kemudian mematangkannya menjadi bentuk cairan minyak ataupun gas. Minyak ataupun gas tersebut terkurung di dalam pori – pori batuan induk (source rock). Akibat dari proses ini, source rock sering juga disebut hydrocarbon kitchen.
Akibat dari tingginya tekanan di source rock yang disebabkan oleh beban lapisan-lapisan batuan diatasnya dan berat jenis minyak bumi yang lebih kecil dari materi disekitarnya, maka minyak bumi akan tertekan dan bergerak ke atas melalui pori – pori batuan. Proses pergerakan / perpindahan minyak dan gas tersebut disebut proses “Migrasi”. Dengan kata lain, migrasi  dapat diartikan sebagai proses trasportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju reservoir. Proses migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni transportasi dari source rock ke reservoir secara langsung. Lalu diikuti oleh migrasi sekunder (secondary migration), yakni migrasi dalam batuan reservoir nya itu sendiri (dari reservoir bagian dalam ke reservoir bagian dangkal).
Reservoir adalah tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon. Reesrvoir ini berupa bataun yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik. Porositas merupakan kemampuan suatu batuan untuk menyerap dan menyimpan fluida. Sedangkan permeabilitas adalah kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan atau melewatkan fluida. Jenis reservoir umumnya batu pasir dan batuan karbonat dengan porositas 15-30% (baik porositas primer maupun sekunder) serta permeabilitas minimum sekitar 1 mD (mili Darcy) untuk gas dan 10 mD untuk minyak ringan (light oil). Agar minyak di dalam batuan reservoir tidak bermigrasi ke tempat lain, diperlukan adanya “jebakan (trap)” dan “batuan tudung (seal rock)”.
Jebakan (trap) adalah bentuk dari suatu geometri atau facies yang mampu menahan minyak dan gas bumi untuk berkumpul dan tidak bergrasi ke tempat lain  lagi. Suatu trap harus terdiri dari batuan reservoir sebagai tenpat penyimpan hidrokarbon dan suatu seal rock sebagai penutup agar tidak terjadi migrasi lagi. Ada tiga macam jebakan (trap) yaitu :
1.         Jebakan Struktural, yaitu jebakan dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan perangkap yang paling asli dan perangkap yang paling penting.
2.         Jebakan Stratigrafi, yaitu jebakan yang dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral, perubahan facies batuan dan ketidakselarasan dan variasi lateral dalam litologi pada suatu lapisan reservoar dalam perpindahan minyak bumi.
3.         Jebakan Kombinasi, yaitu kombinasi antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak minyak bumi.
Struktur trap dapat berupa anticline, fault, dll. Biasanya trap ini ditutup oleh batuan tudung / batuan penyekat yang disebut seal rock. Seal rock adalah batuan yang mempunyai porositas dan permebilitas yang kecil seperti batulempung/mudstone, anhydrite dan garam. Batuan Ini memiliki peran sebagai penyekat dan penghalang agar minyak dan gas bumi yang telah terperangkap dalam trap tidak lepas atau bermigrasi ke tempat lain. 

Senin, 01 Desember 2014

Asal Usul Minyak Bumi

Proses terbentuknya minyak dan gas bumi

Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. 
Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.

Sumber : you tube 

Minggu, 30 November 2014

POTENSI BESAR GEOTHERMAL INDONESIA

Geothermal atau energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung di dalamnya. Geothermal ini merupakan salah satu sumber energi baru terbarukan yang sangat ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena geothermal tidak menghasilkan gas rumah kaca seperti CO2 yang biasa ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar fosil. Sumber energi panas bumi ini berasal dari aktivitas magma di bawah permukaan bumi. Selain itu, panas ini juga dapat berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi, peluruhan elemen radioaktif di bawah permukaan bumi, panas yang dilepaskan oleh logam-logam berat karena tenggelam ke dalam pusat bumi, ataupun efek elektromagnetik yang dipengaruhi oleh medan magnet bumi. Saat ini, geothermal ini pada umumnya dimanfaatkan untuk pembangkit listrik sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Sebelum dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik seperti sekarang ini, geothermal telah dimanfaatkan sebagai pemanas ruangan ketika musim dingin pada peradaban Romawi jaman dahulu. Tidak hanya itu, sejak 70 tahun yang lalu, geothermal telah digunakan untuk penggunaan langsung seperti pemanasan rumah, pemanasan rumah kaca, dan keperluan lainnya di Islandia. Pemanfaatan geothermal secara modern mulai berkembang sejak awal abad ke-19. Pada saat itu, Italia menjadi negara pertama yang menemukan cara paling efektif dalam pemanfaatan geothermal yaitu sebagai pembangkit listrik pengganti bahan bakar fosil. Pada tahun 1904, pemerintah Italia mencoba generator panas bumi pertamanya pada tanggal 4 Juli di area panas bumi Larderello, Italia.
Saat ini, penggunaan geothermal sebagai pembangkit listrik mulai dikembangkan di berbagai negara di dunia. Geothermal telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 negara di dunia seperti Italia, New Zealand, Amerika Serikat, Filiphina, dan negara-negara lainnya termasuk di Indonesia. Di samping itu, fluida geothermal  juga dimanfaatkan untuk sektor nonlistrik di 72 negara  untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dan sebagainya.
Di Indonesia sendiri, telah dilakukan kegiatan eksplorasi geothermal untuk pertama kali di daerah Kawah Kamojang , Jawa Tengah pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 dilakukan pengeboran lima sumur eksplorasi dan sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ3 masih memproduksikan uap panas kering (dry steam). Namun, kegiatan eksplorasi tersebut sempat dihentikan karena pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia pada saat itu.
Untuk selanjutnya, kegiatan eksplorasi geothermal di Indonesia baru dilaksanakan kembali secara luas di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 1972. Kegiatan tersebut dilakukan oleh Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand. Dari hasil survey pada saat itu, dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 lokasi sumber geothermal yang potensial. Lokasi-lokasi tersebut berada di sepanjang jalur vulkanik mulai dari Sumatera bagian barat, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusatenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Tidak hanya itu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan selanjutnya menunjukkan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 lokasi, yaitu  84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber energi geothermal yang cukup besar.
Indonesia dikaruniai potensi geothermal yang luar biasa. Hal tersebut merupakan dampak positif dari letak Indonesia yang dilalui oleh jalur gunung api (ring of fire). Hal ini terbukti dari 128 gunung berapi aktif yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan keberadaan sistem panas bumi umumnya berkaitan erat dengan kegiatan vulkanisme dan magmatisme yang biasanya berada daerah busur vulkanik (volcanic arc) dari sistem tektonik lempeng. Sampai saat ini di Indonesia terdapat 7 (tujuh) lapangan geothermal yang telah berproduksi yaitu Kamojang, Gunung Salak, Derajat, Wayang Windu (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah), Lohendong (Sulawesi Utara), serta Sibayak (Sumatra Utara).
Potensi geothermal Indonesia memang sangat besar. Indonesia merupakan pemilik sekitar 40% potensi geothermal dunia. Menurut ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia, Abadi Poernomo mengungkapkan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga setelah Amerika dan Filipina dalam hal pemanfaatan geothermal untuk sumber energi listrik. Dari total potensi geothermal di Indonesia sebesar 28.617 MW, sumber energi geothermal yang saat ini sudah digunakan sebesar 1341 MW atau sekitar 4,2%.

Mengingat potensi geothermal Indonesia yang sangat besar, pemanfaatan geothermal harus terus dikembangkan secara lebih optimal sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar fosil yang keberadaannya semakin berkurang di alam. Kendala-kendala dalam pengembangan geothermal di Indonesia sebisa mungkin harus terus diminimalkan sehingga pemanfaatannya dapat lebih dioptimalkan.

Minggu, 02 November 2014

Penambangan Migas Wajib Perhatikan Pemeliharaan Lingkungan

Industri pertambangan minyak dan gas bumi (migas) merupakan sektor industri yang memberikan peranan cukup besar bagi perekonomian negara mulai dari peningkatan ekspor, peningkatan aktivitas ekonomi, sampai pada meningkatkan pendapatan negara maupun pendapatan daerah. Hal tersebut terbukti dari adanya fakta bahwa sektor energi dan sumber daya mineral menyumbang sekitar 20-30% dari total pemasukan negara. Selain memberikan peranan besar bagi perekonomian negara, industri pertambangan migas juga memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia. Sebagian besar kebutuhan energi untuk transportasi, listrik, industri, bahkan kegiatan rumah tangga di Indonesia berasal dari sumber daya migas. Oleh karena itu, sektor industri pertambangan migas memiliki peranan yang sangat penting bagi Indonesia.
Selain memiliki peranan yang sangat penting, ternyata industri pertambangan migas bukanlah sektor industri yang sederhana. Sektor industri ini merupakan industri yang sarat dengan modal, teknologi, keahlian dan juga resiko yang tinggi. Salah satu resiko dari kegiatan pertambangan ini berupa dampak yang ditimbulkannya bagi lingkungan. Seluruh proses pelaksanaan kegiatan operasional eksplorasi dan eksploitasi migas secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan dampak yang besar maupun kecil bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, dalam melakukan operasi pertambangan migas, perusahaan-perusahaan migas harus memperhatikan  dampak-dampak yang ditimbulkannya terutama bagi alam dan lingkungan sekitar. Perusahaan migas wajib menjaga dan memelihara lingkungan sekitar lokasi pengeboran. Jangan sampai setelah kekayaan alamnya dikeruk sampai habis, namun justru merusak alam dan lingkungan sekitarnya.
Salah satu dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan migas bagi alam dan lingkungan sekitar ialah perubahan kondisi suhu dan cuaca. Dalam hal ini, terjadi peningkatan suhu yang cukup derastis dan cuaca menjadi lebih panas dari pada sebelumnya. Hal inilah yang dirasakan oleh para warga di sekitar area pengeboran migas di Blok Cepu, Bojonegoro setiap harinya. Sejak adanya pengeboran migas di daerah  sekitar tempat tinggalnya, mereka sering kali mengeluhkan panasnya udara serta serta minimya sumber air sejak proyek Migas Banyu Urip dimulai. Penyebabnya adalah pohon-pohon yang semula masih banyak dijumpai di desanya kini sudah dibabat habis untuk kepentingan industri migas. Oleh karena itu, para warga meminta agar lingkungan mereka segera di reboisasi.
Dalam kasus seperti yang dikemukakan di atas, perusahaan pertambangan migas wajib memperhatika dampak yang telah ditimbulkannya terhadap lingkungan. Perusahaan migas wajib melakukan reboisasi untuk menanam kembali pohon-pohon yang memang sangat dibutuhkan untuk kelestarian alam serta kenyamanan masyarakat sekitar, tentunya juga demi kenyamanan para pekerja di industri pengeboran tersebut. Upaya reboisasi ini tentunya juga harus didukung oleh masyarakat dan pemerintah sekitar likasi tersebut.
Selain berdampak pada perubahan kondisi suhu dan cuaca, masih banyak lagi dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dari aktivias pertambangan migas  di Indonesia, antara lain ialah tercemarnya air laut. Seperti yang kita ketahui,  sebagian besar pengeboran migas di Indonesia berada di lepas pantai (off shore). Dalam kegiatan pengeboran migas lepas pantai ini, kemungkinan-kemungkinan buruk dapat terjadi, seperti kebocoran pipa minyak dan gas ataupun kecelakaan kapal pengangkut minyak, dan masih banyak lagi. Bahkan yang lebih parahnya lagi, terkadang beberapa perusahaan migas yang melakukan pengeboran lepas pantai membuang limbahnya ke laut. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan adanya pencemaran air laut yang dapat berdampak pada kerusakan ekosistem dan biota laut. Tidak hanya itu, air laut yang tercemar kemudian menguap dan menjadi hujan, akan turun ke bumi sebagai hujan asam yang dapat menghilangkan kesuburan tanah. Salah satu contoh kasus pencemaran air laut akibat pengeboran minyak yang terjadi di Indonesia ialah kasus yang terjadi di Kepulauan Seribu yang mencemari perairan di puluhan pulau yang sebagian besarnya masuk kawasan Taman Nasional Laut.
Selain kedua dampak negatif di atas, dampak negatif pencemaran lingkungan lainnya yang terjadi di Indonesia sampai sekarang ialah kasus semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur. Kasus semburan lumpur panas tersebut terjadi sejak 26 Mei 2006 ini diduga terjadi karena kesalahan proses pertambangan minyak yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas. Dugaan ini timbul karena pusat lokasi semburan semburan lumput tak jauh dari Sumur Banjar Panji-1 milik PT. Lapindo. Kasus ini masih belum bisa ditanggulangi sampai saat ini dan tentunya menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat.

Berdasarkan contoh-contoh dampak negatif dan kasus- kasus yang terjadi karena pertambangan migas yang telah dijabarkan di atas, maka perusahaan pertambangan migas memang wajib memperhatikan dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan karena proses pertambangan tersebut. Hal itu wajib dilakukan demi kelestarian alam dan lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan kita bersama. Hal tersebut dilakukan demi kenyamanan dan kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita nantinya. Jangan sampai setelah kekayaan alamnya dikeruk sampai habis, namun justru merusak alam dan lingkungan sekitarnya yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk-makhluk hidup lainnya.