Seperti
yang kita ketahui, minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang
sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia di seluruh dunia, termasuk
di Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap minyak bumi terus meningkat setiap
harinya, sementara minyak bumi semakin menipis keberadaannya dari waktu ke
waktu. Jika ada yang bertanya pada kita “Apakah Indonesia kaya minyak ?”.
Mungkin sebagian besar dari kita akan menjawab “Tidak”. Karena pemerintah
seringkali menyatakan bahwa cadangan minyak Indonesia saat ini sudah mulai
menipis. Lalu benarkah bahwa Indonesia tidak kaya minyak ?. Oleh karena itu,
pada artikel ini saya akan mengutip pernyataan dari presentasi Bapak Dr. Ir.
Andang Bachtiar Msc. pada seminar nasional yang bertema “Optimizing G&G
Roles In Oil And Gas Industry” pada tanggal 13 Maret 2015 di Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Berdasarkan
grafik yang menunjukkan besarnya tingkat produksi dan konsumsi minyak
negara-negara di dunia, ternyata produksi minyak Indonesia masih lebih besar
dibandingkan negara tetangga kita yaitu malaysia, bahkan juga Italia. Namun
mengapa saat ini Indonesia harus melakukan impor BBm yang cukup besar untuk
memenuhi kebutuhan BBm setiap harinya ? Apakah karena tingkat konsumsi minyak
kita jauh lebih besar dari pada tingkat produksinya? Untuk menjawabnya mari kita
berkaca pada Amerika yang merupakan negara dengan tingkat konsumsi minyak
terbesar di dunia yaitu sekitar 18 juta barel per harinya, sementara tingkat
produksi (sumber daya ) minyaknya hanya sekitar 9 juta barel per hari. Namun
ternyata hal tersebut tidak menimbulkan masalah bagi negara tersebut. Karena
sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah sumber dayanya melainkan cara
mensiasati pemanfaatan sumber daya tersebut. artinya, sumber daya alam yang
tida mencukupi tidak akan menjadi masalah jika kita mampu mensiasati
pemanfaatan sumber daya tersebut dengan baik, termasuk di negara kita ini.
Sementara itu, bila ditinjau dari
tingkat produksi dan konsumsi gas di Indonesia. Tingkat produksi gas di negara
kita sekitar 6,9 milyar cubic feet per hari, sedangkan jumlah konsumsinya hanya
sekitar 3,5 milyar cubic feet per hari. jelas terlihat bahwa produksi gas
Indonesia jauh lebih besar dari pada tingkat konsumsi masyarakatnya. Namun pada
kenyataannya rakyat Indonesia sering kali masih mengalami kelangkaan gas LPG dan
terkadang pemerintah harus menaikkan harga gas LPG tersebut. Tidak hanya itu,
anehnya bahkan pemerintah harus mensubsidi gas LPG sampai hampir 50 trilyun per
tahun. Pemerintah seringkali menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena
mayoritas produksi gas Indonesia berupa dry gas bukan wet gas. Padahal
sebenarnya sebagian produksi gas Indonesia berupa wet gas, namun pemerintah
kita lebih memilih untuk mengekspor wet gas tersebut dari pada memanfaatkannya
sendiri. Berdasarkan hal tersebut memang terbukti bahwa masalah energi di
Indonesia pada dasarnya bukan karena sumber dayanya melainkan cara mensiasati
pemanfaatan sumber daya tersebut.
Selama ini, penelitian minyak di
Indonesia hanyalah fokus pada perhitungan dan pengelolaan cadangan (reserves),
bukan pada sumber daya (resources)-nya. Reserves adalah cadangan minyak yang
telah ditemukan, sedangkan resources adalah sumber daya yang diperkirakan ada
namun belum ditemukan. Reserves inilah yang seringkali dikatakan sudah hampir
habis. Padahal resources kita masih cukup banyak. nah, sebenarnya tugas kita
adalah bagaimana caranya menemukan resources dan mengubahnya menjadi reserves
melalui proses eksplorasi untuk menemukan cadangan baru. Karena di Indonesia
sebenarnya terdapat cukup banyak cekungan-cekungan migas, namun belum dijadikan
daerah kerja migas.
Selama
ini pemerintah hanya fokus pada daerah-daerah yang sudah ditemukan cadangannya
dan tidak ada depertemen khusus yang bertugas mengurus masalah eksplorasi untuk
mencari cadangan minyak baru. Padahal masih banyak cekungan-cekungan yang belum
dikelola. Bahkan menurut badan geologi cekungan kita bisa sampai 128 cekungan,
namun sampai sekarang yang dikelola hanya sekitar 66 cekungan. Bahkan di
cekungan yang dianggap sudah dieksploitasi habis-habisan ternyata masih ada
daerah-daerah terbuka yang masih tidak tersentuh. Misalnya saja ada beberpa
daerah cekungan minyak di Indonesia yang tertutup oleh gunung api sehingga
belum bisa dijangkau padahal di situ terdapat rembesan-rembesan minyak.
Jadi jika ditanya “apakah kita kaya
minyak?” jawabanynya “Tentu, kita kaya minyak. Namun masih banyak yang belum
ditemukan. Sehingga menjadi tugas kita untuk menemukannya melalui keberanian
dalam melakukan eksplorasi. Jadi bukannya migas kita yang habis, melainkan pikira
kitalah (konsep, keberanian eksplorasi, dan kemampuan sumber daya manusia) yang
menipis. Masih ada 41 cekungan lagi (60% dari jumlah cadangan Indonesia) yang
perlu dieksplorasi untuk menambah cadangan produksi di Indonesia. masih banyak
lapangan (raksasa) yang belum ditemukan, bahkan di daerah-daerah yang dianggap
sudah matang atau tua. Dan potensi seperti itu belum pernah diperhitungkan
secara serius dalam perencanaan pengelolaan sumber daya secara keseluruhan.
0 komentar:
Posting Komentar