Pages

Minggu, 05 April 2015

APAKAH MINYAK BUMI KITA HABIS ? ATAUKAH KITA TIDAK MENGERTI APA YANG ADA DI DALAM BUMI KITA INI ?

Seperti yang kita ketahui, minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap minyak bumi terus meningkat setiap harinya, sementara minyak bumi semakin menipis keberadaannya dari waktu ke waktu. Jika ada yang bertanya pada kita “Apakah Indonesia kaya minyak ?”. Mungkin sebagian besar dari kita akan menjawab “Tidak”. Karena pemerintah seringkali menyatakan bahwa cadangan minyak Indonesia saat ini sudah mulai menipis. Lalu benarkah bahwa Indonesia tidak kaya minyak ?. Oleh karena itu, pada artikel ini saya akan mengutip pernyataan dari presentasi Bapak Dr. Ir. Andang Bachtiar Msc. pada seminar nasional yang bertema “Optimizing G&G Roles In Oil And Gas Industry” pada tanggal 13 Maret 2015 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Berdasarkan grafik yang menunjukkan besarnya tingkat produksi dan konsumsi minyak negara-negara di dunia, ternyata produksi minyak Indonesia masih lebih besar dibandingkan negara tetangga kita yaitu malaysia, bahkan juga Italia. Namun mengapa saat ini Indonesia harus melakukan impor BBm yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan BBm setiap harinya ? Apakah karena tingkat konsumsi minyak kita jauh lebih besar dari pada tingkat produksinya? Untuk menjawabnya mari kita berkaca pada Amerika yang merupakan negara dengan tingkat konsumsi minyak terbesar di dunia yaitu sekitar 18 juta barel per harinya, sementara tingkat produksi (sumber daya ) minyaknya hanya sekitar 9 juta barel per hari. Namun ternyata hal tersebut tidak menimbulkan masalah bagi negara tersebut. Karena sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah sumber dayanya melainkan cara mensiasati pemanfaatan sumber daya tersebut. artinya, sumber daya alam yang tida mencukupi tidak akan menjadi masalah jika kita mampu mensiasati pemanfaatan sumber daya tersebut dengan baik, termasuk di negara kita ini.
            Sementara itu, bila ditinjau dari tingkat produksi dan konsumsi gas di Indonesia. Tingkat produksi gas di negara kita sekitar 6,9 milyar cubic feet per hari, sedangkan jumlah konsumsinya hanya sekitar 3,5 milyar cubic feet per hari. jelas terlihat bahwa produksi gas Indonesia jauh lebih besar dari pada tingkat konsumsi masyarakatnya. Namun pada kenyataannya rakyat Indonesia sering kali masih mengalami kelangkaan gas LPG dan terkadang pemerintah harus menaikkan harga gas LPG tersebut. Tidak hanya itu, anehnya bahkan pemerintah harus mensubsidi gas LPG sampai hampir 50 trilyun per tahun. Pemerintah seringkali menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena mayoritas produksi gas Indonesia berupa dry gas bukan wet gas. Padahal sebenarnya sebagian produksi gas Indonesia berupa wet gas, namun pemerintah kita lebih memilih untuk mengekspor wet gas tersebut dari pada memanfaatkannya sendiri. Berdasarkan hal tersebut memang terbukti bahwa masalah energi di Indonesia pada dasarnya bukan karena sumber dayanya melainkan cara mensiasati pemanfaatan sumber daya tersebut.
            Selama ini, penelitian minyak di Indonesia hanyalah fokus pada perhitungan dan pengelolaan cadangan (reserves), bukan pada sumber daya (resources)-nya. Reserves adalah cadangan minyak yang telah ditemukan, sedangkan resources adalah sumber daya yang diperkirakan ada namun belum ditemukan. Reserves inilah yang seringkali dikatakan sudah hampir habis. Padahal resources kita masih cukup banyak. nah, sebenarnya tugas kita adalah bagaimana caranya menemukan resources dan mengubahnya menjadi reserves melalui proses eksplorasi untuk menemukan cadangan baru. Karena di Indonesia sebenarnya terdapat cukup banyak cekungan-cekungan migas, namun belum dijadikan daerah kerja migas.
Selama ini pemerintah hanya fokus pada daerah-daerah yang sudah ditemukan cadangannya dan tidak ada depertemen khusus yang bertugas mengurus masalah eksplorasi untuk mencari cadangan minyak baru. Padahal masih banyak cekungan-cekungan yang belum dikelola. Bahkan menurut badan geologi cekungan kita bisa sampai 128 cekungan, namun sampai sekarang yang dikelola hanya sekitar 66 cekungan. Bahkan di cekungan yang dianggap sudah dieksploitasi habis-habisan ternyata masih ada daerah-daerah terbuka yang masih tidak tersentuh. Misalnya saja ada beberpa daerah cekungan minyak di Indonesia yang tertutup oleh gunung api sehingga belum bisa dijangkau padahal di situ terdapat rembesan-rembesan minyak.

            Jadi jika ditanya “apakah kita kaya minyak?” jawabanynya “Tentu, kita kaya minyak. Namun masih banyak yang belum ditemukan. Sehingga menjadi tugas kita untuk menemukannya melalui keberanian dalam melakukan eksplorasi. Jadi bukannya migas kita yang habis, melainkan pikira kitalah (konsep, keberanian eksplorasi, dan kemampuan sumber daya manusia) yang menipis. Masih ada 41 cekungan lagi (60% dari jumlah cadangan Indonesia) yang perlu dieksplorasi untuk menambah cadangan produksi di Indonesia. masih banyak lapangan (raksasa) yang belum ditemukan, bahkan di daerah-daerah yang dianggap sudah matang atau tua. Dan potensi seperti itu belum pernah diperhitungkan secara serius dalam perencanaan pengelolaan sumber daya secara keseluruhan.

0 komentar:

Posting Komentar